Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

LOMBA VIDEO PENDEK KEMDIKBUD Sekolahku Masa Depanku - Global Prestasi Sc...

Mengibarkan Bendera Kedisiplinan di Sekolah Menengah

Ada banyak cara untuk mendorong siswa menegakkan disiplin di bangku sekolah menengah tanpa merasa terbebani. SMA Global Prestasi punya satu cara jitu menyiasatinya. Bagi insan yang berkecimpung di dunia pendidikan, tentu paham jika saya mengatakan bahwa kata “disiplin” dan “SMA” terkadang tak seiring sejalan. Maklum, siswa yang berada di jenjang pendidikan ini tak bisa lagi dikatakan sebagai anak-anak, namun juga masih jauh dari masa dewasa. Meminjam konsep adolescence dalam jurnal Psychology Today, adolescence merupakan remaja yang berusia antara 13 hingga 19 tahun dan dapat dikatakan sebagai masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Usia tanggung, kalau orang awam bilang. Di usia ini, tak sedikit problem psikologis menghantui. Psikolog G. Stanley Hall bahkan menyatakan bahwa adolescence alias remaja adalah masa yang penuh dengan badai dan tekanan jiwa. Pasalnya, perubahan fisik yang dialami remaja ternyata mempengaruhi sisi intelektualitas dan juga emosionalnya. Hal

Dia Lagi, Dia Lagi, Dia Melulu!

Ga bisa tidur, mau nulis cerita aja deh... Seperti biasa pagi tadi upacara bendera. Dan seperti biasa pula tu anak kesayangan satu telat. Jadinya baris di luar gerbang. Nyaris dipulangin sama pasukan saya yang baru hehehehe... Entah kenapa, hari saya memang terasa belum lengkap kalo belum bawelin atau ngomelin dia. Dan sepertinya hari dia juga ga berwarna kalo belum ngebantah dan nahan kesel sama saya. Hahaha gitu deh kalo anak sayang banget sama emaknya ya, mau marah juga ga bisa. Akhirnya cuma bisa nahan emosi. Jengkel! Tadi pagi tema perseteruan kami adalah soal celana. Menurut saya, udah dari zaman kelas 11 tu anak celananya ketat tapi ga diganti juga. Padahal tau sendiri dong saya kalo udah bawel kayak apa. Menurut dia, celananya gede. He eh, iya deh gede sampai-sampai buat jongkok ga bisa. Hmmm... Seperti biasa dia ngebantah. Alesannya banyak. Ngibulnya juga lebih banyak lagi. Di depan semua orang dia ngebantah. "Mama batu banget sih kalo dibilangin!" (Lah, y

Kenangan SBMPTN

Dari kemarin anak-anak muridku sibuk dengan berbagai pengumuman ujian masuk PTN. Mulai dari SBMPTN, Simak UI, dan yang terbaru UM Undip. Ada tawa bahagia penuh rasa syukur, namun tak sedikit juga yang masih harus menelan pil kekecewaan. Ada satu kisah yang terus saya ingat dalam masa-masa seperti ini. Sekira dua tahun lalu, ponsel saya tiba-tiba berdering kala tengah berbelanja di supermarket. Masih ingat jelas, di sela-sela mendorong troli, tangan saya masih menyempatkan diri untuk mengangkat panggilan itu. "MIIISSSSSS. MISSS TYAAAA!!!! SAYA DITERIMA, MISSSSSSS!!!!!" teriak sebuah suara yang tak asing di balik telepon. Saya pun nyaris terlonjak saking kagetnya. Tidak ada sapaan halo atau basa-basi menanyakan kabar, suara itu langsung menjerit. "Diterima apa?" tanya saya yang kebingungan. "Miss, saya masuk UI, Miss. Diterima di UI, Miss. Tadi baru lihat pengumuman," kata suara itu lagi. Masih antusias, namun sudah sedikit lebih tenang. "HA

Never Say Good Bye, Demits!

Bagaimana menceritakan mereka semua dalam satu tulisan? Bahkan berpuluh-puluh tulisan pun rasanya tidak akan cukup. Terlalu banyak rasa dengan mereka. Terlalu banyak kisah. Terlalu banyak emosi. Kami melewati semuanya bersama-sama. Segala peristiwa menjengkelkan yang kini menyisakan tawa bagi mereka, namun tetap getir buat saya. Tidak habis pikir betapa semua peristiwa itu bagi mereka nampak bagaikan kemenangan. Mulai dari yang biasa dilakukan juga oleh kelas lain, seperti cabut pelajaran, bertengkar dengan guru, nyaris baku hantam dengan sesama teman, main kartu di jam pelajaran, nilai raport kebakaran yang mengancam tidak naik kelas. Ah, sudah biasa! Hingga hal-hal ajaib yang membuat saya pusing tujuh keliling. Peristiwa pembobolan lemari ping-pong di Yayasan, e-mail ancaman buat guru, melecehkan kode peluit pramuka yang berujung tangisan dan teriakan akibat uji nyali, atau yang paling terbaru, melayangnya gelas kaca dari lantai 3 yang membuat marah para penghuni lantai 1.

Selayang Pandang Batch #9

Bagaimana menuturkan seribu satu kisah tak terlupakan hanya dalam satu bait syair? Bagaimana menceritakan setiap detail peristiwa, setiap tawa, setiap haru, setiap rasa, setiap emosi, hanya dalam satu putaran lagu? Tidak akan pernah habis rasanya mengisahkan kalian... angkatan Sembilan. Berawal dari perjumpaan pertama saat kalian baru beranjak remaja. Menapaki dunia SMA yang sungguh di luar dugaan. Harus mandiri, harus belajar lebih keras, harus memberikan yang terbaik yang kalian punya. Meski begitu, entah sudah tak tertakar rasanya kadar keceriaan, keseruan, dan pengalaman berharga yang bisa kalian dekap. Begitulah, mungkin benar kata mereka. Masa sekolah yang akan segera kalian tinggalkan ini adalah masa yang paling indah. Seribu satu rasa dan segala asa dilalui bersama sahabat-sahabat tercinta. Erat, tidak terpisahkan. Seolah dunia berada dalam genggaman. Dan kini... Tidak terasa langkah kalian di satu masa yang menyenangkan ini semakin mendekati garis akh

Just Some Random Thoughts About Them...

The first one is like a leader. Wise enough to do things, but chooses to hide his capabilities and act lazy. People think he is naughty and there's no hope anymore. Sometimes I think he is just wasting all of his talents. I wish he realizes his true potential and be a true leader. The second one is smart, but stubborn as hell. Actually knows what's right, but chooses the hard way to handle things. Likes to joke around and can't stay still for a little while. I wish he uses his brain to make good grades instead of bad jokes. I know he can. He is the smart one among the others. The third one is my baby. The one I despised the most, but then I spoil above the others. He wants to look tough, but to me he is just the most sensitive one. Love and respect me a lot, even though he almost never shows it. I always wish all the best for him. The last one is the most introvert and hard to understand. Making him realize that I'm beside him is just nearly impossible. Telling hi

Si Ndut

Sulit sekali menyayangi kamu, anak saya satu... Ketika pertama kali bertemu, kamu hanya satu dari segelintir anak kelas 10 Business angkatan 10 yang kebetulan saya ajar. Jika saja Tuhan menggariskan kamu berada di kelas sebelah, maka mungkin saya tidak akan pernah mengenalmu sama sekali. Perhatian saya padamu pertama kali terjadi saat Life Skill di Yogyakarta. Masih ingatkah kamu peristiwa menyebalkan itu? Ah, pasti kamu akan menyangkal mati-matian dan menuturkan versimu sendiri! Saya tidak akan pernah lupa, malam itu kamu “menjual” nama saya ke hadapan guru dan kepala sekolah, bahwa saya mengetahui persis dan cenderung melindungi kamu yang tertangkap basah membawa rokok. Ide dari mana pula kamu menyebut nama saya saat itu? Hasilnya jelas, saya dimarahi habis-habisan oleh kepala sekolah sebelum akhirnya sempat mengklarifikasi dan menjernihkan keadaan. Gara-gara kamu! Sejak melihatmu dipulangkan malam itu, saya berjanji pada diri saya sendiri untuk tidak akan pernah men

Mengenal Dekat Anak-Anakku Lewat Karya Tulis Ilmiahnya

Jangan bosan jika saya bercerita soal mereka kembali seakan tiada henti. Pasalnya, ulah mereka tidak pernah habis. Dan kali ini saya mengenal sisi lain dari karakter mereka justru dari hasil karya mereka di bidang akademis - sesuatu yang menjadi teror bagi mereka di penghujung kelas 11 ini: KARYA TULIS ILMIAH!!! Semua berkat si Dede yang sudah menjelang detik-detik menuju UAS ini masih saja bergelut dengan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Dengan datangnya si Dede ke hadapan saya dalam kondisi nyaris menyerah, maka lengkap sudah keempat kakak beradik yang hobi banget manggil saya dengan sebutan Mama ini KTInya mesti dibawelin dan diarahin sama saya, Mama mereka sendiri. Dari KTI mereka, saya akhirnya gregetan sendiri buat mengungkapkan kalau saya menemukan sisi lain dari karakter mereka lewat cara mereka mengerjakan KTI masing-masing: 1. Si Abang, telat start. Mager luar biasa. Tapi begitu dibantu memikirkan tema oleh homeroomnya (Pak Suryono), dan dengan sedikit dorongan dari saya be

Sekedar Celoteh Soal Batman vs Superman

Baru menyempatkan diri nonton Batman vs Superman: Dawn of Justice semalam. Selain karena selalu tertarik dengan film-film superhero, saya penasaran dengan highlight film garapan Zach Snyder satu ini yang gaungnya terdengar di mana-mana, bahkan semenjak berbulan-bulan lalu. Kesan yang saya dapatkan, Snyder menganggap plot begitu penting. Semenjak awal film, ia mencoba menyuguhkan kisah dari sisi Batman dan Superman secara imbang. Bisa jadi karena dua superhero ini memiliki nama besar dalam kerajaan DC Comics, atau mungkin karena Snyder mencoba berhati-hati dalam membuat penonton memahami mengapa Batman pada akhirnya bisa saling kontra dengan Superman. Hasilnya, plot memang dapat dipahami, namun terbersit rasa jemu menanti fighting scene dan klimaks besar apa yang ada di hadapan. Bagi saya, Snyder juga nampaknya luput dari pemikiran bahwa tak semua penikmat film Batman vs Superman adalah juga penggemar setia DC. Banyak hal yang membingungkan, seperti apakah letak Gotham dan Metro

Saat Penumbra Tertutup Awan

Pernah kukatakan jika aku laksana bulan dalam kehidupanmu. Satu-satunya yang memberikan cahaya paling terang saat gelap menggelayuti hidupmu. Mungkin cahayaku redup dan tak seterang mentari yang selalu bersinar. Yang bahkan mampu bersinar lebih terang daripada cahaya itu sendiri. Namun sadarkah kau jika gerhana datang, mentari akan menjadi gelap segelap-gelapnya dan tak berdaya? Sedangkan aku... jika gerhana menghampiriku, yang tercipta adalah keindahan. Karena aku telah terbiasa hidup dalam gelap dan menyinari mereka yang tengah berada dalam gelap. Aku adalah bulan dalam kehidupanmu... *sedih akibat gerhananya tertutup awan, jadi mari menulis saja*

Ceritaku Hari Ini

Ceritaku hari ini... Ndut yang gamau nurut, Dede yang pemalu, dan Abang yang manis banget pakai helm. Diawali pagi hari, tiga anakku si kakak beradik telat datang, jadi disuruh Mam Atik matiin mesin motor dan nenteng motornya ke parkiran. Bedanya, si Ndut yang juga anggota demits tetap batu gamau turun dan nyalain mesin motornya. Acel yang paginya ga buat masalah, siangnya malah mecahin baskom dan main kartu. Lalu saat cooking class, demits main-main pakai kulit melon yang bikin Miss Sari marah. Ga kapok dimarahi, sekarang giliran main-main pakai batu untuk mecahin es. Alhasil, satu baskom pecah jadi korban. Belum cukup itu saja. Di jam terakhir, 4 demits tertangkap basah main kartu di ruang art dan tidur-tiduran di atas meja. Hadiahnya tentu saja teguran tertulis dan mereka pun disuruh membuat surat pernyataan. Kalo rapat guru berikutnya masih ada yang nanya sayang ga saya sama anak-anak ini... Saya jawab SAYANG BANGET! *sigh*

Pura-Pura PE

I'm sorry but this is so hilarious, I gotta tell the whole world... Alkisah tiga demits melipir ke GPS Mart usai kelas English Conversation. Di tengah perjalanan mereka pun bertemu dua guru dan mulai cari-cari alasan mengapa mereka tengah berada di luar, bukannya di kelas. Dua demits sepertinya malas berpikir, jadi mereka memilih lari. Tinggallah satu demits yang percaya diri tetap berada di lapangan dan berpapasan dengan dua guru tersebut. Guru: "Kamu ngapain di luar sini? Bukannya di kelas!" Demits: "Saya lagi pelajaran PE, Miss. Tapi ga bawa baju. Hehehe.." *sambil menunjuk ke lapangan yang dipenuhi kelas X3 yang memang sedang PE* Guru: *ketawa aja lihat aksi bohongnya si demits yg gagal. Soalnya dia homeroom X3* Demits: *kabur setelah menyadari kekonyolannya* Hikmah dari kisah ini adalah: kalo mau bohong ya mikir dulu, Nak. Jangan fatal-fatal amat giniiiii... Subhanallah saya gemes ga ketulungan sama ni anak! Kalian tentu tahu dong siapa demit

Ketika Kita Menebar Kebaikan

Menebar kebaikan pada akhirnya akan menuai kebaikan pula. Seorang murid kelas 11- kali ini bukan demits - tadi menuturkan kisahnya selama liburan kepada saya dan teman-teman sekelasnya. Ia kedatangan keluarga dari luar kota yang usianya lebih muda darinya. Sekira ada 12 orang. Ia menyebut mereka, adik-adiknya. Anak itu mengajak adik-adiknya ini mengunjungi berbagai mall dan tempat wisata yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Bisa jadi karena di kampung mereka tak ada tempat macam itu. Padahal yang mereka lakukan hanyalah nonton bioskop atau berenang. Namun mereka sampai terkagum-kagum. Anak itu mentraktir seluruh adiknya dengan uangnya sendiri hingga sampai pada satu titik ia pun nyaris kehabisan uang. Namun apa yg kemudian terjadi? Ia mendadak diberikan uang yang jumlahnya melebihi apa yang telah ia keluarkan oleh saudaranya yang lain. Ia ikhlas berbuat baik. Maka ia pun menuai hasil yang baik tanpa pernah ia tuntut atau harapkan. Saya terharu mendengar ceritanya. Ini

Soal LGBT?

Gotta share before I go to bed... Jauh sebelum isu LGBT marak seperti saat ini, aktris Hilary Swank sudah mampu menerjemahkan alam pikiran seorang lesbian transgender yang pernah hidup di era 1990an, Teena Brandon, lewat film Boys Don't Cry. Brandon, demikian ia lebih senang disapa, benar-benar berusaha bertransformasi menjadi lelaki. Potongan rambutnya, gaya berpakaiannya, hingga pakaian dalam yang kesemuanya khas lelaki. Ia bahkan membebat payudaranya dengan kain dan menyumpal kaos kaki di celana dalamnya agar dari luar nampak menonjol seperti penis. Tak hanya itu, Brandon menunjukkan orientasi seksualnya dengan benar-benar mengejar dan berpacaran dengan perempuan tulen. Dan kisah cintanya selalu berakhir fatal setelah ketahuan bahwa ia sejatinya adalah perempuan. Dalam pencarian jati dirinya, Brandon kemudian jatuh cinta pada Lana, seorang gadis yang gaya hidupnya kerap bermasalah. Mereka menjalin hubungan hingga akhirnya teman-teman Lana yang mantan narapidana mengetahu

Memaknai Film Freedom Writers Bersama Demits Kesayangan

I got another hilarious story to tell the whole world... Hari ini saya ngajak Demits nonton film keren berjudul Freedom Writers. Awalnya sih mereka nyepelein, maunya nonton Ju On yang katanya seru itu. Namun setelah opening creditnya menghentak dengan lagu hip-hop, mata mereka langsung tertuju pada layar. Maklum, film produksi MTV ini emang dikemas biar lekat sama remaja. Settingnya aja high school. Singkatnya, Freedom Writers menuturkan pergulatan seorang guru perempuan menghadapi kelasnya yang selalu chaos karena sentimen antarras. Ada kelompok African-American alias Nigga, kelompok Little Cambodia, kelompok Latinos, dan satu orang kulit putih. Guru itu sendiri berasal dari ras kulit putih. Selanjutnya bisa ditebak kalau segala kekacauan yang ga main-main ini pada akhirnya bisa diredam dan kelasnya jadi menyatu layaknya keluarga. Memang tidak gampang, karena sentimen ras itu tak jarang menyebabkan orang-orang terbunuh. Bayangkan, bagaimana seorang guru pemula menghadapi semua

Dia yang Membisu

Terkadang manusia menjadi bisu. Entah karena ia memilih menjadi bisu, atau ia memang tak mampu berkata. Tanpa daya untuk menguak kebenaran, maupun menuturkan kebohongan. Ia hanya membisu. Namun manusia tak sadar jika diamnya mampu menyiratkan hal yang setengah mati ditutupinya. Seolah ada tulisan besar-besar di kepalanya tentang apa yang sebenarnya ia inginkan. Terkadang tulisan itu begitu besar, sehingga semua orang yang tak memiliki kaitan dengannya sekali pun, mampu menangkap maksudnya. Diamnya ternyata menyimpan seribu bahasa. Kebisuannya adalah untuk menutupi semua itu. Ah, kalau aku tidak akan tega membebani manusia itu. Ia sendiri sudah kesusahan dengan pergumulan batinnya. Mungkin ia setengah mati berusaha mengungkapkan isi hatinya kepada yang disayang, atau ia hanya berusaha terlalu keras menutupi kebusukannya. Yang mana pun, tentulah ia sangat terbebani. Biar ku bantu, manusia. Aku tak akan banyak berkata, hanya akan memberimu ruang untuk bergerak bebas. Aku tahu apa

Yesterday

Malam ini masih seperti malam kemarin. Resah. Kehilangan. Kosong... Namun telah banyak pelajaran yang bisa kuresapi dari sisi hidupku saat ini. Bagaimana menjadikan masa lalu sebagai pelajaran dan kenangan berharga. Meski tak dapat dipungkiri, penyesalan terkadang masih mengintip dan menggoda untuk kembali terpuruk di titik nol. Aku berusaha keras untuk menjadi kuat. Selalu kuat. Malam ini aku kembali merenungi masa lalu. Kemarin adalah masa lalu, sebuah masa yang tak dapat diulang, akan tetapi menjadi peletak dasar bagi apa yang kurasakan hari ini. Jika ingat kata kemarin, maka yang mengalun di benakku adalah sebuah mahakarya John Lennon dan Paul McCartney yang bertajuk Yesterday. Maka izinkanlah aku menikmati keresahanku malam ini lewat lagu yang maknanya tengah mengusik batinku. Yesterday, all my troubles seemed so far away. Now it looks as though they're here to stay. Oh, I believe in yesterday... Terkadang aku ingin menyesali masa lalu, karena meskipun kelihatann

Saat Malam Kian Merangkak Larut

Saat malam kian merangkak larut, adalah masa yang paling sulit. Saat semua orang telah terlelap dan suasana begitu hening. Beribu bayangan kembali datang tanpa bisa dilawan. Pasrah... Sepanjang pagi, aku bisa mengumpulkan semangat dan menjelang hari baru. Merencanakan setiap gerak-gerik yang akan aku lakukan hari itu. Penuh harapan. Sepanjang siang, aku masih punya tenaga. Mengurusi berbagai hal di sekelilingku. Bercengkerama dengan banyak orang yang menghampiriku. Aku bahkan masih memiliki tenaga untuk memalsukan senyuman. Sepanjang sore, aku beristirahat dari segala penat dan lelah. Menyibukkan diri dengan segala persiapan akan esok hari. Memastikan semangatku untuk hari berikut tak akan memudar. Namun saat malam, aku tak pernah bisa berdiri tegak. Aku kalah pada seribu bayangan yang masih menghantui. Aku tertekan rasa sepi dan kehilangan. Aku lelah... Jatuh dan tak punya tenaga untuk bangkit. Belum. Aku belum bisa. Masih butuh waktu untuk melalui semua ini. Untuk tetap ter

Merengkuh Janji dari Seberang Lautan

Semalam aku menulis kepadanya, tentangnya. Maka malam ini aku menulis kepadamu, tentangmu. Malamku masih resah. Kamu pasti tahu jika malam-malamku yang masih menjelang pun tetap akan menjemput gelisah. Entah sampai kapan. Aku tak perlu melepaskan semua rasaku kepadamu karena kamu selalu tahu apa yang ada dalam benakku. Jika aku kecewa, maka kamu tahu jika aku pasti tengah terjatuh dan tak akan bisa bangkit lagi. Entah sudah berapa air mata yang kamu saksikan. Entah sudah berapa patah hati yang kamu rasakan. Saat hatiku hancur, aku tahu kamu pun hancur. Namun kamu tak pernah berkata, karena kamu selalu mengalah. Tak ingin menambah beban. Malam ini kamu pun tak berkata. Kamu mungkin lelah dengan kisahku yang lama. Kisahku yang sama. Kisah yang selalu kamu biarkan bergulir, tetapi dalam hati kecilmu aku yakin kamu berjuang sekuat tenaga untuk menahan diri dan berteriak kepadaku, "Cepat tinggalkan semua ini! Kisah ini hanya akan membuatmu semakin terpuruk!" Dan aku juga y

Melarungkan Nestapa di Kesunyian Malam

Aku selalu menorehkan kata-kata yang sama di jejaring sosial, jika kamu perhatikan. Aku akan merasa resah ketika malam tiba. Beribu bayangan, pikiran, dan angan seolah menari-nari dalam benakku. Tak semuanya menyejukkan, malah lebih banyak menimbulkan kesusahan, kesedihan, duka. Nestapa. Aku yakin kamu mengetahuinya dengan pasti. Kamu paling tahu siapa aku. Suatu malam aku pernah menceritakan sebuah rahasia yang tak sampai hati kututurkan bahkan ke belahan jiwaku sendiri. Karena rahasia itu sangat menyakitkan. Tentang yang tak pernah kuharapkan datang, kemudian ia pergi sebelum waktunya. Tentang penyesalanku yang paling dalam sepanjang hidup. Tak ada seorang pun yang tahu. Akan tetapi kamu tahu. Dan itu tak pernah mengubah pandanganmu tentangku. Di malam-malam lain kita bertengkar. Diam, tak saling bicara. Entah apa yang merasuki kita, namun malam-malam seperti itu terasa panjang dan menyesakkan. Tak pernah ada yang bisa kita pahami dan selesaikan, sehingga pada akhirnya malam-mala