Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2018

Boys (Don't) Cry

Menulis ini sembari menikmati Boys Don’t Cry milik The Cure mengalun di telinga… source: The Cure Mereka bilang lelaki tak boleh menangis. Lelaki pantang menyingkap tabir yang menyelimuti hatinya, Dan menitikkan air mata. Mereka seolah lupa bahwa makhluk bernama lelaki itu juga manusia. Diciptakan dari tanah yang kemudian ditiupkan ruh ke dalamnya, Serta dilengkapi akal dan rasa. Lalu mengapa lelaki tidak boleh menangis layaknya manusia? Mereka terlalu menghakimi. Mencipta konstruksi-konstruksi sosial yang terkadang tak perlu. Bahkan memuakkan! Lelaki itu hanya ingin berteduh sejenak dari kerasnya hidup. Dari luka yang telah menganga sekian lama. Dari hal kecil yang mampu menyentuh relung hatinya. Biarlah sejenak ia menitikkan air mata, toh ia tidak akan lama meratap. Biarlah ia keluarkan segala gundah yang menggerogoti hatinya, segala gulana yang menyesakkan nafasnya. Biarlah ia menangis. Karena lelaki yang terbaik adalah mereka

Rahasia dari Celah Pintu

An Open Door Milan Italy Painting by Anna Rose Bain (source: www.fineartamerica.com) Aku hanya bisa diam, tak mampu mencerna kata demi kata yang baru saja melintas di telingaku. Apa aku tak salah dengar? Apa perempuan itu tak salah ucap? Aku tahu ia tak pernah menyayangiku sejak seumur hidupku, namun haruskah aku memercayai setiap ucapannya? Aku mundur beberapa langkah, bersembunyi di sudut ruangan agar mereka tak mampu melihatku dari celah pintu. Betapa pun dekatnya jarak kami saat ini, aku merasa ada sebuah jurang lebar di antara kami. Jurang yang memisahkan kehidupan mereka yang semestinya baik-baik saja tanpa gejolak, dengan kehidupanku yang selalu terlihat abu-abu. Aku semakin tak mengenali diriku. Mereka yang menghiasi hari-hariku sejak saat aku dilahirkan ternyata bukanlah yang selama ini aku bayangkan. Darah yang mengalir dalam nadi mereka tak sama dengan darah yang mengalir dalam tubuhku. Lantas, jika aku bukanlah bagian dari mereka, siapakah diriku yang sebe