Skip to main content

Mengenal Dekat Anak-Anakku Lewat Karya Tulis Ilmiahnya

Jangan bosan jika saya bercerita soal mereka kembali seakan tiada henti. Pasalnya, ulah mereka tidak pernah habis. Dan kali ini saya mengenal sisi lain dari karakter mereka justru dari hasil karya mereka di bidang akademis - sesuatu yang menjadi teror bagi mereka di penghujung kelas 11 ini: KARYA TULIS ILMIAH!!!

Semua berkat si Dede yang sudah menjelang detik-detik menuju UAS ini masih saja bergelut dengan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Dengan datangnya si Dede ke hadapan saya dalam kondisi nyaris menyerah, maka lengkap sudah keempat kakak beradik yang hobi banget manggil saya dengan sebutan Mama ini KTInya mesti dibawelin dan diarahin sama saya, Mama mereka sendiri.


Dari KTI mereka, saya akhirnya gregetan sendiri buat mengungkapkan kalau saya menemukan sisi lain dari karakter mereka lewat cara mereka mengerjakan KTI masing-masing:

1. Si Abang, telat start. Mager luar biasa. Tapi begitu dibantu memikirkan tema oleh homeroomnya (Pak Suryono), dan dengan sedikit dorongan dari saya berupa ceramah penyemangat panjang lebar via line, akhirnya si Abang mau juga mengerjakan KTI. Intinya, si Abang ini sebenarnya tahu betul bagaimana cara mengerjakan KTI dan memiliki pemikiran sendiri. Sayangnya, dia tidak mau bergerak sampai semuanya nyaris terlambat.

2. Si Acel, yang ini pekerja cepat. Cepat jadi pokoknya prinsip dia. Maunya copy paste, dan tidak tanggung-tanggung dalam melakukan copy paste. Totalitas banget! Setelah dibawelin dengan ceramah panjang lebar soal plagiarisme dan kemampuan otaknya yang seringkali dipakai buat iseng belaka ketimbang akademis, akhirnya dia mau juga memperbaiki pekerjaannya. Si Acel ini yang paling mandiri. Dikasih tahu sedikit, sim salabim langsung jadi.

Si Ndut yang mau aja disuruh datang ngerjain KTI pas libur UN. Di bawah sweaternya, dia pakai seragam pramuka pula. Amazing!

3. Si Ndut, yah ini sih... Cara nulis titik dan koma saja nanya saya melulu. Tema juga nanya saya. Semua nanya saya. Lama-lama tidak ada bedanya sama saya yang bikin KTI hahahaa. Setelah perdebatan panjang lebar soal tema yang tidak disetujuinya (malu, katanya), akhirnya si Ndut mulai mau mengerjakan. Saya menunggui dia ketika wawancara informan. Menunggui dia ketika menyalin data wawancaranya. Menunggui dia menghadap guru ketika hendak mengumpulkan. Yah, ini sebenarnya KTI dia atau saya ya?

4. Si Dede, paling bikin gregetan. Abang-abangnya semua sudah rampung entah sejak kapan, dia masih saja tak jelas nasib KTInya. Untung homeroomnya (sekali lagi, Pak Suryono) sabar luar biasa. dibantulah dia untuk mulai berpikir dan mengerjakan. Namun ketika kini homeroomnya seminggu harus alfa karena ada pelatihan, emaknya juga yang harus turun tangan. Si Dede lumayan semangat lho sebenarnya dan cukup bagus isi KTInya. Tinggal dikasih tahu sedikit, dia bisa berpikir. Sayangnya, anak ini gaptek banget menggunakan word, tahunya laptop hanya buat main game. Dan selalu susah payah dalam membuat kalimat, jadi harus diarahkan dahulu baru dia bisa melanjutkan kalimatnya. Semoga besok bisa jadi dan dikumpul ya, De!


Yak, dengan datangnya si Dede ke saya, lengkap sudah empat kakak beradik ini memang mesti dibawelin soal KTI sama mamanya sendiri.



Salam sayang selalu,
Mama
(yang yaudah iya bawel, tapi tetap selalu di hati kan?)


Comments

Popular posts from this blog

Saat Malam Kian Merangkak Larut

Saat malam kian merangkak larut, adalah masa yang paling sulit. Saat semua orang telah terlelap dan suasana begitu hening. Beribu bayangan kembali datang tanpa bisa dilawan. Pasrah... Sepanjang pagi, aku bisa mengumpulkan semangat dan menjelang hari baru. Merencanakan setiap gerak-gerik yang akan aku lakukan hari itu. Penuh harapan. Sepanjang siang, aku masih punya tenaga. Mengurusi berbagai hal di sekelilingku. Bercengkerama dengan banyak orang yang menghampiriku. Aku bahkan masih memiliki tenaga untuk memalsukan senyuman. Sepanjang sore, aku beristirahat dari segala penat dan lelah. Menyibukkan diri dengan segala persiapan akan esok hari. Memastikan semangatku untuk hari berikut tak akan memudar. Namun saat malam, aku tak pernah bisa berdiri tegak. Aku kalah pada seribu bayangan yang masih menghantui. Aku tertekan rasa sepi dan kehilangan. Aku lelah... Jatuh dan tak punya tenaga untuk bangkit. Belum. Aku belum bisa. Masih butuh waktu untuk melalui semua ini. Untuk tetap ter

Why Do I Need to Wash My Hands?

What is the first thing that your mother taught you when you were little?  What did she say when you just enter the house, want to grab a bite to eat, after you play with your toys, or want to go to bed? “Did you wash your hands?” Probably you heard that a lot in your childhood, and maybe until now, in your adult age. At one point, you easily get bored with this same old question. And at another point, it seems that washing your hands is too “old school” and not an adult type of thing.  But wait, you can get bored, or fed up. But you must never ever hung up on this issue. Why?  Think about all of the things that you touched today – your smart phone, your note book, public transportation, and the toilet! Or maybe you just blew your nose in a tissue and then went outside to dig around the dirt. Or you just shook someone’s hand and without you noticed, that person got a flu.  And imagine – just imagine - after your hands touched many of the things above

Glowzy and Girl Power!

On 21 st April 1879, Raden Ajeng Kartini was born in Jepara, Central Java. She was the role model for women in our country because of her role in gender equality, women’s right, and education. Although she died in a very young age, 25 years old, her spirit lives on. She was then established as one of Indonesia’s national heroine and keep inspiring each and every woman in Indonesia. We celebrate her birthdate every year and call it as Kartini Day. On the exact same day, 139 years later, four girls from Global Prestasi Senior High School surely prove themselves to continue the spirit of Raden Ajeng Kartini. They are Dyah Laksmi Ayusya, Josephine Audrey, and Olivia Tsabitah from grade XI, also Putu Adrien Premadhitya from grade X. They may not be educators like who Kartini was, but they have proven that women in a very young age could achieve something great with their passion, team work, and perseverance. Yes, under the name of GLOWZY, the girls has once again proven tha