Skip to main content

Posts

Hari Terakhir Bersama Kiddos

Hari terakhir di kelas bersama anak-anak kelas 2A (Jumat, 25 Mei 2012). Anak-anak yang sudah menjalani satu tahun bersama saya di sekolah. Tertawa bersama, menangis bersama, dan berjuang bersama. Ini sekelumit perasaan saya di hari terakhir itu. Diterjemahkan secara bebas dari twitter @MommyJad. Meski hari ini terakhir di kelas bersama # Kiddos , tetapi tugas belum selesai. Mereka masih harus berjuang menghadapi Ujian Akhir Semester (UAS). Saya juga masih harus mendampingi sampai mereka naik tingkat ke semester 3 dan menghadapi penjurusan IPA-IPS. Saya takjub. Pertama kali jadi homeroom, langsung mendapat anugerah sekaligus bencana menangani kelas yang hard to handle. Tiga bulan pertama saja sudah tiga anak kena Surat Peringatan (SP) I. Awal semester juga ada yang main air sampai basah kuyup di toilet, menghilangkan bola voli dan bola futsal, manjat loker, lalu lari-lari secepat kilat kayak dikejar setan! Bikin ngambek guru math, berantem sama guru physics, nantangin guru agama, ...

Secangkir Memori (Mengenang Endang Rahayu Sedyaningsih)

Rabu, 2 Mei 2012. Subuh itu kicauan burung kecil terdengar nyaring di depan jendela rumah. Indah, pikir saya. Rupanya suami merasakannya sebagai sebuah pertanda yang tidak menyenangkan. Saat saya tanyakan, ia bertutur, “Itu burung kecil yang biasa membawa kabar kematian.” Saya heran, sebab sepertinya burung itu hanyalah peliharaan tetangga belakang rumah. Tak mungkin setiap ia berkicau, dewa maut datang menjemput. Namun bulu kuduk saya merinding juga. Pagi itu pula anak sulung saya yang berusia tiga setengah tahun mengompol dalam tidurnya. Padahal, sudah sekira satu tahun belakangan ia tidak pernah membasahi kasur. Apalagi semalam ia tak minum terlalu banyak dan sudah buang air kecil sebelum tidur. Terlepas dari itu semua, saya berangkat menuju sekolah tanpa firasat apa-apa dan menganggap hari itu sebagai sebuah hari biasa yang tak berbeda dari hari-hari lainnya. Tepat pukul 12 siang, sebuah pesan singkat mampir di telepon genggam saya. Dari adik perempuan saya. “ Innalillahi wa inna...

UN, Let's Do This!

Hari pertama ujian nasional baru saja berlangsung. Lega? Tentu saja perasaan saya masih jauh dari itu. Masih ada tiga hari lagi sebelum saya dan seluruh siswa kelas 3 SMA sepenjuru nusantara bisa bersorak gembira dan menarik nafas lega. Setelah terakhir di tahun 2001 silam saya bersentuhan dengan UN, baru tahun ini saya kembali berjumpa dengannya.  Jeda 11 tahun. Sudah pasti banyak yang berubah. Perubahan yang paling jelas, tentu saja status saya. Jika tahun 2001 lalu saya adalah siswa yang tengah berjuang menghadapi soal-soal UN yang kerap tak terduga, maka tahun ini saya adalah guru. Saya membimbing anak-anak sekolah saya menghadapi UN dan mengawas anak-anak sekolah lain pada hari-H. Tak banyak yang saya lakukan dalam mempersiapkan anak-anak sekolah saya sebenarnya. Saya hanya mengajar Pendidikan Kewarganegaraan bagi kelas 3. Subject non-UN. Sementara di subject UN, saya mengajar Sosiologi, namun bagi kelas 1. Jadi bisa dibilang saya tak terlalu merasakan perjuangan keras par...

Menelisik Pesona Tari Saman

Belasan pasang tangan bertepuk saling bersahut-sahutan. Ratusan jemari nan lentik dijentikkan ke udara, menambah semarak suara yang telah menggema. Ditambah lengkingan khas para gadis belia yang terselip di sela-sela pergantian gerakan. Semua pun melagukan pujian atas kuasa Illahi. Demikianlah sebuah tarian bernama Saman mampu memesona para penikmatnya. Tarian asal Serambi Mekah ini memang kerap mengundang decak kagum, mengingat gerakan yang dilakukan tidaklah mudah. Padahal, tarian yang tengah saya nikmati ini hanya berupa sesi latihan dari murid-murid saya yang tergabung dalam ekstrakurikuler tari Saman. Tanpa make-up, tanpa kostum warna-warni. Tari Saman memang telah dikenal di mata dunia sebagai salah satu tarian terindah dan tersulit untuk dilakukan. Pasalnya, tuntutan disiplin dan koordinasi gerak antara para penari sangatlah tinggi. Semua harus dilakukan dengan dinamis, harmonis, dan beriringan di antara belasan penarinya. Satu saja gerakan salah, maka rusak pula keindahan...

The Best Glee Mash-Off

Just for fun, In my opinion, the best Glee mash-off by far is Adele's Rumor Has It/Someone Like You by the Troubletones (Santana and Mercedes). What do you think? Love, Miss Tya

Melebur Stereotipe dan Prasangka di Sekolah

Suatu sore selepas jam pulang sekolah, blackberry messenger saya berdenting. Sebuah pesan yang tidak singkat datang dari salah satu anak didik saya. “Miss, masa tadi siang ada guru yang tiba-tiba tanpa alasan jelas, berkata di depan kelas bahwa anak-anak IPS adalah anak-anak yang pemalas. Saat saya protes, guru itu tetap ngotot pada pendiriannya. Menurutnya, anak-anak IPA lebih pintar dan rajin,” kata anak tadi dalam pesannya. Di belakang pesan tersebut, ia selipkan emoticon yang menampilkan wajah marah dan menangis. Kelihatannya ia kesal. Wajar jika murid saya itu menyatakan keberatan. Ia sendiri adalah murid yang duduk di kelas IPS dan merasa bahwa selama ini berkelakuan cukup baik. Nyaris tidak pernah lalai mengerjakan tugas, hormat pada guru, dan nilai-nilainya pun tak pernah merah. Sepanjang pengalaman saya mengajar anak itu dua tahun belakangan, ia memang tak pernah bermasalah. Ia bahkan termasuk salah satu anak yang menonjol dalam pelajaran bahasa Inggris. Kerap dikirim s...

Friday the Thirteenth

Daniel Radcliffe in The Woman in Black Yeloowww, Welcome to my blog and please enjoy the ride. Blog ini saya buat berkat pelatihan blog bagi guru di sekolah. Err... sebenarnya saya udah punya blog. Silakan mampir ke www.anityayogi.multiply.com. Akan tetapi berhubung sekolah ini menginginkan guru-gurunya eksis di blogger dot com, maka sim sala bim, jadilah blog saya yang baru! Dan ini adalah posting pertama saya. Tepat di hari Jumat tanggal 13 April 2012. Friday the thirteenth. A bit spooky, right? Anyways, Friday the thirteenth ini somehow mengingatkan saya pada tumpukan dvd horror yang belum sempat saya tonton di rumah. Ada Don't Be Afraid of the Dark-nya Guillermo del Torro dan The Woman in Black yang diperani Harry Potter alias Daniel Radcliffe. Setidaknya dua judul film itu yang saya ingat. Sebenarnya saya bukan penyuka genre horror, tapi rasa penasaran kerap mengalahkan rasa takut saya. Jadi, bagaimana pun saya pada akhirnya nonton juga beberapa film horror (Hantu Jamu...