Skip to main content

Malaikat Tanpa Sayap

                                                           What is a mother’s love to you?

Do you feel a mother’s love?

From whom do you feel a mother’s love?

 

Source: 123RF

Tiap Hari Ibu menjelang, sebuah pertanyaan muncul dalam benak saya. Mungkin karena atmosfer Hari Ibu yang memang diperingati di seluruh penjuru negeri, atau mungkin pula karena sejatinya sosok ibu teramat penting dalam kehidupan saya, sebagaimana kehidupan setiap insan manusia.

Saya tumbuh di keluarga yang penuh kasih sayang, di mana peran kedua orang tua, khususnya ibu, sangat besar. Saya sangat bersyukur karakter ibu sangat mempengaruhi hidup saya dalam artian yang sangat positif. Saya tak pernah merasa kekurangan karena ibu selalu ada di samping saya.

Ibu jualah yang menjadi panutan saya selama ini. Bagaimana saya bekerja keras di tahun terakhir SMA agar bisa masuk ke kampus impian; mengenakan jaket kuning berlambang Makara persis seperti ibu saya. Kala itu memang informasi mengenai perguruan tinggi tak banyak mampir kepada saya. Pun demikian dengan opsi untuk kuliah di perguruan tinggi swasta maupun ke luar negeri tanpa jalur beasiswa. Jadi, saya hanya memiliki satu mimpi, yakni bisa kuliah di mana tempat ibu saya pernah menimba ilmu.

Dan saya pun tumbuh dengan asumsi bahwa semua orang berbahagia di samping ibunya, persis seperti yang saya rasakan sepanjang hidup. Bagi saya, ibu adalah malaikat. Malaikat tanpa sayap, tepatnya.

Hingga saat akhirnya saya sendiri menjadi seorang ibu. Saya menemukan bahwa menjalani peran sebagai ibu tidaklah mudah. Ibu tak boleh sekali-sekali melepaskan pandangan dan hati dari anak-anaknya, walaupun keinginan dan tuntutan di sekelilingnya menghimpit. Saya kemudian mengambil keputusan, meninggalkan kehidupan pribadi yang cukup mapan demi lebih mendekatkan diri kepada anak-anak saya.

Keputusan yang diambil setiap ibu terhadap hidupnya tentulah berbeda-beda. Bukan urusan saya, maupun masyarakat, untuk menghakimi keputusan para ibu dalam menjalani hidup. Terutama mengenai bagaimana mereka menjaga pandangan dan hati kepada anak-anaknya. Setiap ibu mungkin punya cara dan pertimbangan sendiri, terlepas dari baik atau buruknya pandangan masyarakat terhadap mereka.

Lalu, mengapa saya menulis soal ini?

Ini adalah dedikasi saya untuk Ibu dan seluruh perempuan di Tanah Air tahun ini. Betapa menjadi ibu, calon ibu, ibu angkat, ibu asuh, atau seseorang yang dianggap ibu oleh orang lain adalah sebuah kedudukan yang sangat mulia – seberagam apa pun bentuknya. Peran ibu juga sangat besar dalam menginspirasi anak-anaknya, maupun “anak-anaknya”, dalam mengambil langkah dalam hidup. Dan semua itu bisa dilakukan dengan kelembutan hati dan ketegasan sikap yang dimiliki seorang ibu, laksana malaikat tanpa sayap.

 

We don’t easily love.

But if we fall in love, we don’t let go easily.

We maybe don’t use our logic.

But we always use our heart, because our heart is so big.

Our touch brings you comfort.

Our hug makes you warm.

Our laughter makes the world go round.

And our tears make the world crumbling down.

 

Who are we?

We are angels without wings.

Angels that God sent from heaven to meet you, fall in love with you, then take care of you.

We are angels without wings.

But you can call us with a very simple yet beautiful name.

Mother.

Comments

Popular posts from this blog

Why Do I Need to Wash My Hands?

What is the first thing that your mother taught you when you were little?  What did she say when you just enter the house, want to grab a bite to eat, after you play with your toys, or want to go to bed? “Did you wash your hands?” Probably you heard that a lot in your childhood, and maybe until now, in your adult age. At one point, you easily get bored with this same old question. And at another point, it seems that washing your hands is too “old school” and not an adult type of thing.  But wait, you can get bored, or fed up. But you must never ever hung up on this issue. Why?  Think about all of the things that you touched today – your smart phone, your note book, public transportation, and the toilet! Or maybe you just blew your nose in a tissue and then went outside to dig around the dirt. Or you just shook someone’s hand and without you noticed, that person got a flu.  And imagine – just imagine - after your hands touched many of the things above

Saat Malam Kian Merangkak Larut

Saat malam kian merangkak larut, adalah masa yang paling sulit. Saat semua orang telah terlelap dan suasana begitu hening. Beribu bayangan kembali datang tanpa bisa dilawan. Pasrah... Sepanjang pagi, aku bisa mengumpulkan semangat dan menjelang hari baru. Merencanakan setiap gerak-gerik yang akan aku lakukan hari itu. Penuh harapan. Sepanjang siang, aku masih punya tenaga. Mengurusi berbagai hal di sekelilingku. Bercengkerama dengan banyak orang yang menghampiriku. Aku bahkan masih memiliki tenaga untuk memalsukan senyuman. Sepanjang sore, aku beristirahat dari segala penat dan lelah. Menyibukkan diri dengan segala persiapan akan esok hari. Memastikan semangatku untuk hari berikut tak akan memudar. Namun saat malam, aku tak pernah bisa berdiri tegak. Aku kalah pada seribu bayangan yang masih menghantui. Aku tertekan rasa sepi dan kehilangan. Aku lelah... Jatuh dan tak punya tenaga untuk bangkit. Belum. Aku belum bisa. Masih butuh waktu untuk melalui semua ini. Untuk tetap ter

Glowzy and Girl Power!

On 21 st April 1879, Raden Ajeng Kartini was born in Jepara, Central Java. She was the role model for women in our country because of her role in gender equality, women’s right, and education. Although she died in a very young age, 25 years old, her spirit lives on. She was then established as one of Indonesia’s national heroine and keep inspiring each and every woman in Indonesia. We celebrate her birthdate every year and call it as Kartini Day. On the exact same day, 139 years later, four girls from Global Prestasi Senior High School surely prove themselves to continue the spirit of Raden Ajeng Kartini. They are Dyah Laksmi Ayusya, Josephine Audrey, and Olivia Tsabitah from grade XI, also Putu Adrien Premadhitya from grade X. They may not be educators like who Kartini was, but they have proven that women in a very young age could achieve something great with their passion, team work, and perseverance. Yes, under the name of GLOWZY, the girls has once again proven tha