Skip to main content

Mengapa Kamu Begitu Marah, Nak?

Hidup memang tak selalu berjalan dengan mulus. Terkadang kita harus tersandung, bahkan tak jarang terjatuh dengan keras. Namun kita punya dua pilihan setelah itu. Apakah kita mau membiarkan diri kita tetap merasakan sakit, atau apakah kita mau berjuang untuk berpijak kembali di atas kaki kita sendiri.

Saya mengerti, anakku. Kamu tengah berada di persimpangan jalan untuk memutuskan apakah kamu mau bangkit atau tetap terlena dalam rasa perih yang mengundang belas kasihan orang. Kamu selalu berkata bangkit! Namun perilakumu terkadang begitu mengkhawatirkan.

Saya mengerti, anakku. Hidupmu memang keras. Kamu bahkan merasakan kepedihan sebelum mengenal arti keluarga dan kasih sayang. Mungkin itu yang membuatmu selalu berlari mencari rasa nyaman.

Saya mengerti, anakku. Kamu berhak marah. Marah pada orang-orang di sekelilingmu, marah pada garis takdir, marah pada dunia. Bahkan marah pada dirimu sendiri. Mungkin bagimu hidup ini tak adil, tetapi saya selalu mengingatkan, lihatlah sisi kehidupanmu yang lain. Kamu cerdas, penuh bakat, punya banyak teman yang setia. Kamu memiliki saya.

Jadi, untuk apa lagi kamu marah?

Saya baru melihat bagian dirimu yang seperti ini beberapa hari terakhir. Kamu keras kepala, selalu menganggap orang lain menghinamu, sehingga kamu memasang benteng perlindungan yang terlalu tinggi dan kokoh. Benteng yang selalu siap untuk menyerang orang lain.

Hey, tidak semua orang ingin mengajakmu berperang! Lihatlah mereka baik-baik, mereka hanya mengajakmu berbicara. Runtuhkanlah sedikit bentengmu itu.

Sepanjang hidupmu kamu banyak merasakan penghinaan, tetapi percayalah, kali ini tidak! Saya akan menjagamu dan memastikan semuanya baik-baik saja.

Saya juga khawatir pada sifatmu yang selalu menyalahkan diri sendiri. Mengapa hal kecil yang tak berarti mampu membuatmu menyakiti diri sendiri? Ada apa denganmu, nak?

Kamu tidak perlu minta maaf untuk kesalahan yang tidak pernah kamu perbuat. Saya khawatir sifat ini akan merusakmu perlahan-lahan. Padahal saya ingin kamu menjadi orang yang lebih baik dan bahagia setelah bertemu saya.

Bagaimana saya bisa membuat kamu bahagia, jika setiap menatap matamu saya hanya melihat kesedihan dan kemarahan?

Bagaimana saya bisa membuat kamu bahagia, jika kamu selalu menyalahkan dan menyakiti dirimu sendiri?

Kamu pernah berkata, “Bahagiakanlah saya.”

Namun saat itu saya terdiam dan hanya bisa meratap dalam hati, “Semoga saya bisa.”


Jangan marah lagi, anakku sayang.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Story of a Friend

Sahabatku, Miss Elen. Ia memang tak lagi mengajar di sekolah yang sama denganku, namun aku selalu mengingat segala keseruan saat bekerja dengannya. Tentu bukan dalam hal mengajar, karena kami sama sekali berbeda. Ia mengajar Biologi, sementara aku mengajar Sosiologi. Hal yang membuat kami seiring adalah sifat dan kegemaran yang serba bertolak belakang. Hihihi... lucu ya, betapa dua individu yang sangat berbeda bisa lekat. Mungkin seperti magnet, jika kutubnya berbeda, maka magnet akan melekat. Bayangkan saja, kami memang sama-sama menyukai film. Namun ia lebih tersihir oleh film-film thriller dan horor. Sutradara favoritnya Hitchcock. Sementara aku lebih memilih memanjakan mata dan daya khayal lewat film-film Spielberg. Lalu kami juga sama-sama menyukai musik. Jangan tanya Miss Elen suka musik apa, karena nama-nama penyanyi dari Perancis akan ia sebutkan, dan aku tidak akan paham sama sekali. Akan tetapi saat ia kuperkenalkan dengan Coldplay, Blur, dan Radiohead, ia s...

Merayakan Keberagaman Budaya dan Kekayaan Bahasa

Sudah menjadi tradisi bagi Global Prestasi Senior High School merayakan dua hari besar, Sumpah Pemuda dan Pahlawan, setiap tahunnya. Mengingat dua hari tersebut terpaut tak terlalu jauh, maka perayaannya pun dipadukan menjadi satu. Di sekolah ini, kami menamainya sebagai Bulan Bahasa. Sebuah perayaan yang mengusung keberagaman budaya dan kekayaan Bahasa di Tanah Air. Bulan Bahasa tahun ajaran 2014/2015 jatuh pada hari Selasa, 11 November lalu. Perayaan ini berlokasi di area Senior High School dan ditutup dengan acara puncak di Sport Hall. Perayaan berlangsung sejak pukul 07.00 hingga 15.30. Bertindak selaku penanggung jawab kegiatan adalah Mrs. Anitya Wahdini, S.Sos. Bulan Bahasa 2014 kali ini menjadi cukup istimewa karena diawali dengan serah terima pengurus OSIS, dari OSIS angkatan 8 yang diketuai Jauharah Dzakiyyah (XII Science3) ke OSIS angkatan 9 yang dikomandoi Hinggista Carolin (XI Science3). Jadi, Bulan Bahasa sekaligus menjadi debut OSIS angkatan 9 dalam unjuk gig...

Ode to Dolores: Thanks for Making My Childhood Rocks!

  Unhappiness, where’s when I was young and we didn’t give a damn ‘Cause we were raised, to see life as fun and take it if we can Dolores O'Riordan (Dok. Billboard) Lantunan lagu Ode to My Family yang berlirik syahdu dan dentingan gitar melodi yang mengiringinya tak pernah begitu menusuk hingga hari ini, dua puluh empat tahun setelah lagu tersebut pertama kali ditulis oleh sang empunya, Dolores O’Riordan. Mungkin karena liriknya yang memang bertutur soal keluarga sang penyanyi, tersirat bagaimana ia merefleksikan masa kecilnya setelah merengkuh sukses. Mungkin juga karena saya memutar lagu ini setelah lama tak mendengar suara khasnya, tepat di hari kematiannya. Kematian seorang musisi atau public figure tak pernah begitu mempengaruhi saya sebelumnya. Biasanya saya hanya terkejut dan kemudian berita duka itu berlalu begitu saja. Tidak ketika dunia dihebohkan dengan kematian Chester Bennington, vokalis Linkin Park. Tidak pula ketika Amy Winehouse, Michael Jackson, at...