Skip to main content

Menggapai Cita-Cita dalam Ajang Career Workshop

 Global Prestasi Senior High School menggelar kegiatan Career Workshop sebagai upaya menambah wawasan dan membuka cakrawala para peserta didik mengenai pemilihan jurusan di Universitas dan karir apa yang dapat mereka raih.

“Jujur saja, ketika seusia kalian, di sekolah saya tidak ada kegiatan seperti ini. Akibatnya, ketika harus memilih jurusan kuliah dan cita-cita, saya sempat merasa bingung dan tak punya petunjuk sama sekali.” Ucapan bernada curhat namun lugas itu meluncur dari mulut Aloysius Selwas Taborat, diplomat yang bertugas sebagai perwakilan Indonesia di United Nations, ketika berbicara dalam ajang Career Workshop yang digelar secara virtual pada hari Rabu, 18 November 2020 lalu.

Di hadapan para peserta didik kelas XI, Selwas – demikian ia akrab disapa, menuturkan pengalamannya meniti karier sebagai diplomat mulai dari pengalamannya selama menempuh studi S1 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia hingga kini bertugas di New York, Amerika Serikat sebagai duta Indonesia.

“Dalam hidup, kita punya turning point yang menyebabkan kita yakin memilih tujuan atau karier. Turning point itu tentu saja kita peroleh dari semua pendidikan dan juga pengalaman yang telah kita jalani dengan baik,” ujarnya.

Para peserta didik pun menyimak dengan antusias berbagai kisah yang dibagi oleh Selwas. Di sela-sela penjelasan, tak sedikit yang mengajukan pertanyaan. Seperti misalnya Sekar Datri dari kelas XI Social 1 yang bertanya mengenai apa perbedaan sistem hukum yang diterapkan di Indonesia dengan Amerika Serikat, atau Siti Malika dari kelas XI Social 2 yang ingin tahu mengenai tema apa yang kini sedang ramai dibahas dalam sidang United Nations yang sesungguhnya.

Durasi kurang lebih satu jam yang diberikan kepada pembicara rasanya tak pernah cukup memuaskan keingintahuan para peserta didik akan profesi diplomat, latar belakang sarjana hukum, serta mengandaikan jika suatu hari nanti itu lah yang juga menjadi karier pilihan mereka. Akan tetapi tentu mampu membuka wawasan terhadap pilihan studi di jenjang universitas yang tak terasa akan mereka hadapi satu tahun mendatang.

Dalam kegiatan Career Wokshop kali ini, setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih dua pembicara dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda. Selain Selwas yang berprofesi sebagai diplomat, tim konselor SMA Global Prestasi selaku pengusung kegiatan Career Workshop juga menghadirkan 9 pembicara dengan 9 profesi yang berbeda-beda. Mereka adalah dr. Taufik Aziz (dokter spesialis), Angel Damayanti (dosen/kriminolog), Koes Florence (aktuaris), Johan Imanuel (pengacara), Krismas Wahyu Utami (produser liputan6.com), Maudy Moedjono (chef/wirausaha), Lunalda Kanzeila (arsitek), Irene Raflesia (psikolog), dan Dwi Aji (head IT).

Ragam profesi yang dihadirkan ini diharapkan dapat memberi masukan yang berarti bagi para peserta didik kelas XI dalam menentukan cita-cita mereka kelak. Dalam jangka pendek, Career Workshop juga diharapkan mampu membuka cakrawala para peserta didik dan membantu mereka dalam pemilihan jurusan di universitas sesuai dengan minat mereka masing-masing.

Comments

Popular posts from this blog

Story of a Friend

Sahabatku, Miss Elen. Ia memang tak lagi mengajar di sekolah yang sama denganku, namun aku selalu mengingat segala keseruan saat bekerja dengannya. Tentu bukan dalam hal mengajar, karena kami sama sekali berbeda. Ia mengajar Biologi, sementara aku mengajar Sosiologi. Hal yang membuat kami seiring adalah sifat dan kegemaran yang serba bertolak belakang. Hihihi... lucu ya, betapa dua individu yang sangat berbeda bisa lekat. Mungkin seperti magnet, jika kutubnya berbeda, maka magnet akan melekat. Bayangkan saja, kami memang sama-sama menyukai film. Namun ia lebih tersihir oleh film-film thriller dan horor. Sutradara favoritnya Hitchcock. Sementara aku lebih memilih memanjakan mata dan daya khayal lewat film-film Spielberg. Lalu kami juga sama-sama menyukai musik. Jangan tanya Miss Elen suka musik apa, karena nama-nama penyanyi dari Perancis akan ia sebutkan, dan aku tidak akan paham sama sekali. Akan tetapi saat ia kuperkenalkan dengan Coldplay, Blur, dan Radiohead, ia s...

(Promo Video) Not an Angel, a Devil Perhaps

Dear friends, family, students, and readers, This is a video promotion for my 1st ever novel: Not an Angel, a Devil Perhaps I wrote it in a simple chicklit style, but the conflict and message are worth to wait. Unique, and not too mainstream. If I could start a new genre, probably it will be Dark Chicklit or what so ever. I will selfpublish Not an Angel, a Devil Perhaps  with one of Jakarta's indie selfpublish consultant in a couple of month. Just check out the date and info from my blog, twitter, facebook, or blackberry private message. Please support literacy culture in our country. Wanna take a sneak peak of my novel? Check out this video! Cheers, Miss Tya

Saat Sidang KTI Menjadi "Beban"

Dear Batch 11, Saya tergelitik untuk menulis ini karena hari ini ada dua fakta berlalu di hadapan saya. Mengenai apa? Tentu saja tentang Karya Tulis Ilmiah alias KTI yang sepertinya menjadi momok dan beban berat yang menggantung di pundak kalian. Fakta pertama, tumpukan KTI yang semestinya saya uji beberapa minggu lagi masih tipis. Baru dua dari tujuh yang mengumpulkan. Padahal untuk menguji, saya harus membaca dan itu butuh waktu. Percaya deh, saya tidak mau membudayakan KTI asal jadi (yang penting ngumpul), maka saya pun berusaha serius menanggapi tanggung jawab ini. Jadi jangan harap ujian dengan saya itu bakalan woles dan asal-asalan ya.. Fakta kedua, anak-anak yang "stress" menhadapi hari ujian mulai berseliweran di depan mata saya. Ada yang terlihat tegang, ada yang menanggapi sambil lalu seolah tidak mau memikirkan, bahkan ada yang sampai menangis. Mau tidak mau akhirnya timbul pertanyaan di benak saya, "sebegininya ya sidang KTI itu?" Saya paham, i...