What is a mother’s love to you?
Do
you feel a mother’s love?
From
whom do you feel a mother’s love?
Tiap Hari Ibu menjelang, sebuah pertanyaan
muncul dalam benak saya. Mungkin karena atmosfer Hari Ibu yang memang
diperingati di seluruh penjuru negeri, atau mungkin pula karena sejatinya sosok
ibu teramat penting dalam kehidupan saya, sebagaimana kehidupan setiap insan
manusia.
Saya tumbuh di
keluarga yang penuh kasih sayang, di mana peran kedua orang tua, khususnya ibu, sangat besar. Saya sangat bersyukur karakter ibu sangat mempengaruhi
hidup saya dalam artian yang sangat positif. Saya tak pernah merasa kekurangan
karena ibu selalu ada di samping saya.
Ibu jualah yang menjadi panutan saya selama
ini. Bagaimana saya bekerja keras di tahun terakhir SMA agar bisa masuk ke
kampus impian; mengenakan jaket kuning berlambang Makara persis seperti ibu
saya. Kala itu memang informasi mengenai perguruan tinggi tak banyak mampir
kepada saya. Pun demikian dengan opsi untuk kuliah di perguruan tinggi swasta
maupun ke luar negeri tanpa jalur beasiswa. Jadi, saya hanya memiliki satu mimpi,
yakni bisa kuliah di mana tempat ibu saya pernah menimba ilmu.
Dan saya pun tumbuh
dengan asumsi bahwa semua orang berbahagia di samping ibunya, persis
seperti yang saya rasakan sepanjang
hidup. Bagi saya, ibu adalah malaikat. Malaikat tanpa
sayap, tepatnya.
Hingga saat
akhirnya saya sendiri menjadi seorang ibu. Saya menemukan bahwa menjalani peran
sebagai ibu tidaklah mudah. Ibu tak boleh sekali-sekali melepaskan pandangan
dan hati dari anak-anaknya, walaupun keinginan dan tuntutan di sekelilingnya
menghimpit. Saya kemudian mengambil keputusan, meninggalkan kehidupan pribadi
yang cukup mapan demi lebih mendekatkan diri kepada anak-anak saya.
Keputusan yang
diambil setiap ibu terhadap hidupnya tentulah berbeda-beda. Bukan urusan saya,
maupun masyarakat, untuk menghakimi keputusan para ibu dalam menjalani hidup.
Terutama mengenai bagaimana mereka menjaga pandangan dan hati kepada
anak-anaknya. Setiap ibu mungkin punya cara dan pertimbangan sendiri, terlepas
dari baik atau buruknya pandangan masyarakat terhadap mereka.
Lalu, mengapa saya menulis soal ini?
Ini adalah dedikasi saya untuk Ibu dan seluruh
perempuan di Tanah Air tahun ini. Betapa menjadi ibu, calon ibu, ibu angkat,
ibu asuh, atau seseorang yang dianggap ibu oleh orang lain adalah sebuah
kedudukan yang sangat mulia – seberagam apa pun bentuknya. Peran ibu juga
sangat besar dalam menginspirasi anak-anaknya, maupun “anak-anaknya”, dalam
mengambil langkah dalam hidup. Dan semua itu bisa dilakukan dengan kelembutan
hati dan ketegasan sikap yang dimiliki seorang ibu, laksana malaikat tanpa
sayap.
We
don’t easily love.
But
if we fall in love, we don’t let go easily.
We
maybe don’t use our logic.
But
we always use our heart, because our heart is so big.
Our
touch brings you comfort.
Our
hug makes you warm.
Our
laughter makes the world go round.
And
our tears make the world crumbling down.
Who
are we?
We
are angels without wings.
Angels
that God sent from heaven to meet you, fall in love with you, then take care of
you.
We
are angels without wings.
But
you can call us with a very simple yet beautiful name.
Mother.
Comments
Post a Comment