Lucifer berkata, "Menjelmalah menjadi pasukanku. Mendendamlah. Membencilah. Iblis adalah pasukan abadi yang tak terkalahkan."
Namun aku bingung. Gabriel memberikanku pilihan sulit. Aku tak mau bertransformasi menjadi iblis. Aku tak ingin rasa amarah menguasai jiwaku, menggerogoti ragaku. Kecuali jika itu adalah satu-satunya cara untuk melupakan kesedihanku. Melenyapkan patah hati.
"Untuk apa kamu mematahkan sayapmu dan merendahkan dirimu menjadi makhluk fana? Manusia yang kamu cintai telah menyakitimu. Kamu tak akan bertahan sedetik pun menghirup oksigen di muka bumi," goda Lucifer.
Raja iblis itu benar. Manusia yang menyebabkanku begini. Ia membuatku jatuh cinta, kemudian membuangku begitu saja. Aku bahkan terusir dari surga karena malaikat tak semestinya jatuh cinta. Dan aku tak pernah bisa kembali kepada manusiaku itu, karena ia telah melupakanku. Tak membutuhkanku. Bahagia dengan dunianya sendiri, tanpa diriku.
Mengapa aku mampu mengecap rasa cinta? Dan dari semua manusia yang pernah kuwujudkan mimpinya, mengapa harus dia? Jika ini yang dinamakan cinta, maka aku tak menginginkannya. Cinta itu sakit. Tidak indah seperti kata manusia.
Kini, haruskah aku berubah menjadi iblis agar aku tak lagi merasa sakit? Ataukah turun ke bumi tanpa satu pun tempat berpegangan?
Oh, tak bisakah aku tetap menjadi malaikat saja dan tak pernah jatuh cinta? Aku mohon.
Comments
Post a Comment