Skip to main content

Pahlawan & Kita: Sebuah Perayaan Bersama Para Alumni

 Hari ini, 10 November 2020, para siswa SMA Global Prestasi mendapatkan satu pertanyaan ketika Student’s Assembly. Sebuah pertanyaan yang sederhana, namun memiliki makna mendalam, karena bertepatan dengan perayaan Hari Pahlawan: “Siapakah pahlawan di dalam kehidupanmu?”

Berbicara soal pahlawan, mungkin dibenak para siswa SMA Global Prestasi yang terlintas adalah para tokoh pejuang, seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, atau bahkan Bung Tomo sendiri yang 75 tahun silam di hari yang sama mengobarkan semangat para pemuda Surabaya dalam orasinya. Akan tetapi, ketika ditanya mengenai siapa sosok pahlawan dalam kehidupan pribadi, setiap siswa punya jawaban yang tak jauh berbeda; yakni orang tua dan para guru yang telah membimbing dan menginspirasi sepanjang kehidupan mereka.

Mengusung tema “Pahlawan & Kita” yang menyiratkan bahwa sosok pahlawan ternyata ada di kehidupan sekitar kita, tahun ini SMA Global Prestasi kembali mengenalkan para siswanya kepada lulusan-lulusan terbaik yang hadir untuk berbagi pengalaman. Kegiatan ini dilaksanakan guna memperluas wawasan dan inspirasi para siswa mengenai kehidupan selepas SMA serta bagaimana kehidupan di sekolah, didikan para guru, dan kasih sayang orang tua mampu menuntun mereka ke masa depan yang membanggakan.

Tahun ini ada 12 alumni SMA Global Prestasi yang berasal dari berbagai latar belakang program studi dan profesi. Benang merah mereka hanya satu: bangga pernah menjadi bagian dari SMA Global Prestasi. Mereka adalah Kelvin Theandro Gotama (Dokter), Ryan Heriandi (Departemen Imigrasi), Rizki Reza Maulana (Start-up Aplikasi & Edukasi), Amanda Maulia (Departemen Produksi), Rebecca Louise Quento (Entrepreneur), Mario Johan (Dokter), Lavico Hutabarat (Music Engineer), Gendis Freyona (Banker), Ramadhitio Alif Bagaskara (Law Firm), Inaya Yuliandaru (Pegawai PLN), Nadia Kris Sigit (Entrepreneur), dan Devi Pratiwi (Entrepreneur).

Para alumni berbagi pengalaman mereka selama menempuh Pendidikan di SMA Global Prestasi dan bagaimana masa SMA memengaruhi dunia perkuliahan dan profesi yang mereka tempuh sekarang. Acaranya bersifat santai, seperti talk show, dimana setiap alumni dibagi untuk sharing ke masing-masing kelas, disesuaikan dengan profesi alumni dan juga jurusan para siswa di IPA atau IPS. Para siswa pun banyak bertanya dengan antusias. Harapannya sharing hari ini dapat meresap dan menginspirasi para siswa untuk berusaha lebih giat, disiplin, dan kerja keras guna menyambut masa depan yang gemilang, tanpa melupakan keceriaan masa SMA.

Menelisik tema “Pahlawan & Kita” ternyata tak sulit untuk dimaknai. Pahlawan ternyata benar-benar nyata dalam kehidupan kita, puluhan tahun setelah Indonesia merdeka. Mulai dari orang tua dan para guru, serta tak ketinggalan orang-orang yang singgah dalam kehidupan. Tak terkecuali para alumni SMA Global Prestasi yang telah berbagi hari ini.

Terima kasih, pahlawan!

Comments

Popular posts from this blog

(Promo Video) Not an Angel, a Devil Perhaps

Dear friends, family, students, and readers, This is a video promotion for my 1st ever novel: Not an Angel, a Devil Perhaps I wrote it in a simple chicklit style, but the conflict and message are worth to wait. Unique, and not too mainstream. If I could start a new genre, probably it will be Dark Chicklit or what so ever. I will selfpublish Not an Angel, a Devil Perhaps  with one of Jakarta's indie selfpublish consultant in a couple of month. Just check out the date and info from my blog, twitter, facebook, or blackberry private message. Please support literacy culture in our country. Wanna take a sneak peak of my novel? Check out this video! Cheers, Miss Tya

Berhenti Berbicara, Mulailah Menari!

  “Cara untuk memulai adalah berhenti bicara dan mulai melakukan.” Kata-kata sederhana itu entah mengapa tak pernah bisa lepas dari alam pikiran saya. Meskipun sang penuturnya telah lama berpulang, bahkan puluhan tahun sebelum saya dilahirkan. Walt Disney, sosok yang bagi saya mampu mewujudkan alam mimpi menjadi nyata dan menyenangkan. Sebagai seorang pendidik, berbicara merupakan makanan sehari-hari bagi saya. Di depan kelas – kelas virtual sekalipun, saya dituntut untuk terus berbicara. Tentu bukan sekedar asal bicara, melainkan menuturkan kata-kata bijak yang bersifat membimbing, memperluas pengetahuan, memperkaya wawasan, dan mengembangkan karakter anak-anak didik saya. Tidak sehari pun saya lalui tanpa berbicara penuh makna sepanjang 10 tahun saya menjadi seorang pendidik. Apa saja yang saya bicarakan? Tentunya banyak dan tak mungkin muat dalam 500 kata yang harus saya torehkan di sini. Namun salah satu yang saya tak pernah berhenti lantunkan kepada anak-anak didik adalah ...