Semalam aku menulis kepadanya, tentangnya. Maka malam ini aku menulis kepadamu, tentangmu.
Malamku masih resah. Kamu pasti tahu jika malam-malamku yang masih menjelang pun tetap akan menjemput gelisah. Entah sampai kapan.
Aku tak perlu melepaskan semua rasaku kepadamu karena kamu selalu tahu apa yang ada dalam benakku. Jika aku kecewa, maka kamu tahu jika aku pasti tengah terjatuh dan tak akan bisa bangkit lagi. Entah sudah berapa air mata yang kamu saksikan. Entah sudah berapa patah hati yang kamu rasakan. Saat hatiku hancur, aku tahu kamu pun hancur. Namun kamu tak pernah berkata, karena kamu selalu mengalah. Tak ingin menambah beban.
Malam ini kamu pun tak berkata. Kamu mungkin lelah dengan kisahku yang lama. Kisahku yang sama. Kisah yang selalu kamu biarkan bergulir, tetapi dalam hati kecilmu aku yakin kamu berjuang sekuat tenaga untuk menahan diri dan berteriak kepadaku, "Cepat tinggalkan semua ini! Kisah ini hanya akan membuatmu semakin terpuruk!"
Dan aku juga yakin jika ragamu pun berjuang sekuat tenaga untuk tidak menarikku keluar dari semua ini. Aku tahu... Kamu membiarkanku melakukan semua ini karena kamu memahami jika aku telah menyayangi, maka aku akan memberikan semua yang aku punya kepada dia yang kusayangi.
Malam ini kamu tak berkata. Hanya satu yang kamu pinta saat aku mulai menuturkan kisah lain yang hendak kumulai. "Berjanjilah jika yang kemarin adalah yang terakhir. Jangan berikan segalanya lagi kepada yang lain."
Aku tak ragu saat menjawabmu. Aku percaya aku bisa. Menyayangi tanpa perlu banyak berkorban seperti dulu. Menyayangi dengan tetap lebih menyayangi diriku sendiri. Aku pasti bisa.
Kamu khawatir padaku. Sedih melihatku selalu resah. Namun kamu begitu jauh di seberang lautan, tak mampu menjagaku. Maka kamu mencoba merengkuhku dengan sebuah janji.
Kamu tak pernah meminta apa-apa dariku. Maka, akan kupenuhi janjiku kepadamu. Aku akan menjaga diriku baik-baik, karena aku tahu kamu selalu menyayangiku.
Malamku masih resah. Kamu pasti tahu jika malam-malamku yang masih menjelang pun tetap akan menjemput gelisah. Entah sampai kapan.
Aku tak perlu melepaskan semua rasaku kepadamu karena kamu selalu tahu apa yang ada dalam benakku. Jika aku kecewa, maka kamu tahu jika aku pasti tengah terjatuh dan tak akan bisa bangkit lagi. Entah sudah berapa air mata yang kamu saksikan. Entah sudah berapa patah hati yang kamu rasakan. Saat hatiku hancur, aku tahu kamu pun hancur. Namun kamu tak pernah berkata, karena kamu selalu mengalah. Tak ingin menambah beban.
Malam ini kamu pun tak berkata. Kamu mungkin lelah dengan kisahku yang lama. Kisahku yang sama. Kisah yang selalu kamu biarkan bergulir, tetapi dalam hati kecilmu aku yakin kamu berjuang sekuat tenaga untuk menahan diri dan berteriak kepadaku, "Cepat tinggalkan semua ini! Kisah ini hanya akan membuatmu semakin terpuruk!"
Dan aku juga yakin jika ragamu pun berjuang sekuat tenaga untuk tidak menarikku keluar dari semua ini. Aku tahu... Kamu membiarkanku melakukan semua ini karena kamu memahami jika aku telah menyayangi, maka aku akan memberikan semua yang aku punya kepada dia yang kusayangi.
Malam ini kamu tak berkata. Hanya satu yang kamu pinta saat aku mulai menuturkan kisah lain yang hendak kumulai. "Berjanjilah jika yang kemarin adalah yang terakhir. Jangan berikan segalanya lagi kepada yang lain."
Aku tak ragu saat menjawabmu. Aku percaya aku bisa. Menyayangi tanpa perlu banyak berkorban seperti dulu. Menyayangi dengan tetap lebih menyayangi diriku sendiri. Aku pasti bisa.
Kamu khawatir padaku. Sedih melihatku selalu resah. Namun kamu begitu jauh di seberang lautan, tak mampu menjagaku. Maka kamu mencoba merengkuhku dengan sebuah janji.
Kamu tak pernah meminta apa-apa dariku. Maka, akan kupenuhi janjiku kepadamu. Aku akan menjaga diriku baik-baik, karena aku tahu kamu selalu menyayangiku.
Comments
Post a Comment