Skip to main content

Kisah Boneka Usang

Seorang anak kecil baru saja dibelikan boneka oleh ayah ibunya. Boneka itu cantik. Berambut cokelat, bermata bulat, berpipi merah, dan bergaun pink dengan motif bunga-bunga. Sang anak memberinya nama Monica.

Dalam sekejap, Monica menjadi boneka kesayangannya. Selalu dibawa kemana pun ia pergi. Menemaninya tidur, selalu dirindukan saat ia harus pergi sekolah, dan dipamerkan ke seluruh makhluk hidup yang ia temui. Monica adalah segala-galanya. "Aku berjanji akan menyayangimu seumur hidupku," ucapnya kepada boneka yang hanya bisa menatapnya bisu itu.

Seiring berjalannya waktu, sang anak bertumbuh besar. Ayah dan ibu membelikannya boneka lain ketika ia berulang tahun. Boneka putri raja, lengkap dengan mahkota keemasan, gaun mewah, dan sepatu berkilau yang seolah terbuat dari kaca. Rapunzel, demikian anak itu menamainya.

Tak terbayangkan kebahagiaan sang anak. Kini ia memiliki Monica dan Rapunzel sekaligus untuk menemaninya setiap hari. Ia baru dapat tertidur lelap jika Monica ada di sebelah kanannya dan Rapunzel ada di sebelah kirinya. Ayah dan ibu hanya bisa tersenyum geli saat putri kesayangan mereka ini selalu kerepotan membawa dua boneka setiap kali mereka bepergian.

Anak itu sangat menyayangi Monica dan Rapunzel sama besarnya. Ia tak dapat menentukan mana yang lebih ia sayang, karena keduanya selalu memenuhi hari-harinya.

Hingga pada suatu hari...

Monica mulai usang. Tak heran, boneka masa kecilnya itu tak mampu bertarung dengan waktu. Kainnya mulai sobek, lusuh. Rambutnya mulai mudah lepas meski ibu sudah memperbaikinya berkali-kali. Mata yang tadinya dapat membuka dan menutup, kini hanya sebelah yang berfungsi. Perlahan-lahan Monica rusak.

Anak itu kemudian meletakkan Monica dalam lemari bonekanya. Awalnya karena ia sedih dan takut Monica menjadi rusak. Namun lambat laun ia menjadi lupa. Kesedihannya terobati karena Rapunzel masih nampak seperti baru. Berkilau mewah dan cantik seperti tuan putri sungguhan.

Kini tak ada lagi Monica dalam kehidupan sang anak. Monica hanyalah kenangan masa kecil yang pernah menjadi begitu berarti dalam hidupnya. Kenangan yang lambat laun terlupakan karena ia memiliki pengganti yang lebih bagus.

Bagi sang anak, Rapunzel adalah segala-galanya. Entah sampai kapan.

Begitulah. Hidup memang terkadang amat lucu. Apa yang tadinya kita butuhkan dan sangat berarti dalam hidup kita, lama-lama bisa menjadi setara dengan hal lainnya.

Satu-satunya bisa menjadi dua. Segala-galanya bisa menjadi "semuanya penting, tak ada bedanya, sulit menentukan mana yang lebih disayang" atau hal-hal semacam itu.

Namun itu masih lebih baik. Karena pada akhirnya hal yang tadinya penting bisa menjadi tak penting. Tidak dibutuhkan karena ada yg lebih baik, tak pernah dicari lagi. Terlupakan.

Menyedihkan memang, bahkan mungkin membuat frustasi jika yang mengalami adalah manusia. Boneka memang tak mampu berbicara, namun jika itu manusia... akan sehancur apa hatinya?

(Catatan insomnia Kamis, 29 Oktober 2015. Pukul 2 dini hari)


Comments

Popular posts from this blog

Story of a Friend

Sahabatku, Miss Elen. Ia memang tak lagi mengajar di sekolah yang sama denganku, namun aku selalu mengingat segala keseruan saat bekerja dengannya. Tentu bukan dalam hal mengajar, karena kami sama sekali berbeda. Ia mengajar Biologi, sementara aku mengajar Sosiologi. Hal yang membuat kami seiring adalah sifat dan kegemaran yang serba bertolak belakang. Hihihi... lucu ya, betapa dua individu yang sangat berbeda bisa lekat. Mungkin seperti magnet, jika kutubnya berbeda, maka magnet akan melekat. Bayangkan saja, kami memang sama-sama menyukai film. Namun ia lebih tersihir oleh film-film thriller dan horor. Sutradara favoritnya Hitchcock. Sementara aku lebih memilih memanjakan mata dan daya khayal lewat film-film Spielberg. Lalu kami juga sama-sama menyukai musik. Jangan tanya Miss Elen suka musik apa, karena nama-nama penyanyi dari Perancis akan ia sebutkan, dan aku tidak akan paham sama sekali. Akan tetapi saat ia kuperkenalkan dengan Coldplay, Blur, dan Radiohead, ia s...

(Promo Video) Not an Angel, a Devil Perhaps

Dear friends, family, students, and readers, This is a video promotion for my 1st ever novel: Not an Angel, a Devil Perhaps I wrote it in a simple chicklit style, but the conflict and message are worth to wait. Unique, and not too mainstream. If I could start a new genre, probably it will be Dark Chicklit or what so ever. I will selfpublish Not an Angel, a Devil Perhaps  with one of Jakarta's indie selfpublish consultant in a couple of month. Just check out the date and info from my blog, twitter, facebook, or blackberry private message. Please support literacy culture in our country. Wanna take a sneak peak of my novel? Check out this video! Cheers, Miss Tya

Saat Sidang KTI Menjadi "Beban"

Dear Batch 11, Saya tergelitik untuk menulis ini karena hari ini ada dua fakta berlalu di hadapan saya. Mengenai apa? Tentu saja tentang Karya Tulis Ilmiah alias KTI yang sepertinya menjadi momok dan beban berat yang menggantung di pundak kalian. Fakta pertama, tumpukan KTI yang semestinya saya uji beberapa minggu lagi masih tipis. Baru dua dari tujuh yang mengumpulkan. Padahal untuk menguji, saya harus membaca dan itu butuh waktu. Percaya deh, saya tidak mau membudayakan KTI asal jadi (yang penting ngumpul), maka saya pun berusaha serius menanggapi tanggung jawab ini. Jadi jangan harap ujian dengan saya itu bakalan woles dan asal-asalan ya.. Fakta kedua, anak-anak yang "stress" menhadapi hari ujian mulai berseliweran di depan mata saya. Ada yang terlihat tegang, ada yang menanggapi sambil lalu seolah tidak mau memikirkan, bahkan ada yang sampai menangis. Mau tidak mau akhirnya timbul pertanyaan di benak saya, "sebegininya ya sidang KTI itu?" Saya paham, i...