Skip to main content

Fallen Angel (Part 3)



(Jika) akhirnya aku memutuskan untuk menjelma menjadi iblis...

"Lucifer, masih ada kah tempat bagiku dalam kerajaanmu?" ratapku.

"Jika hatimu mendendam, maka tempat itu selalu ada..." ucapnya tersenyum puas.

"Akan jadi iblis macam apa aku? Aku hanya mendendam padanya. Hanya dia. Aku tak tahu cara membenci manusia-manusia lainnya."

"Kau hanya perlu melihat jauh ke relung hati mereka dan menemukannya sendiri. Semua manusia pada dasarnya sama."

"Mereka semua jahat?" tanyaku bingung.

"Tentu saja."

Maka aku pun tak mematahkan sayapku. Kubiarkan ia membara terbakar api neraka. Panas. Namun entah mengapa menimbulkan gejolak di dalam jiwaku. Aku merasa terlahir kembali.

Aku turun ke dunia tak lagi sebagai sang penyelamat, melainkan kini sebagai sang penghancur.

Kuhancurkan hati semua lelaki yang terjatuh pada daya pikatku. Kuhisap semua hasrat mereka hingga mereka tinggal raga dengan jiwa yang kosong. Mereka semua lebih buruk dari mati. Mereka bahkan memohon pada Lucifer untuk mencabut nyawa mereka. Akan tetapi tak akan pernah ada satu makhluk pun yang mampu menolong mereka.

Manusia-manusia yang tadinya berjalan dengan angkuh di atas muka bumi ini tak berdaya di dalam genggamanku. Aku, malaikat penyayang yang bertransformasi seutuhnya menjadi iblis succubus. Penghisap jiwa kaum Adam yang malang.

Hingga pada suatu hari...

Aku berjumpa kembali dengannya. Lelaki yang telah membuatku memulai apa yang sebenarnya tak pernah kuinginkan ini.

Dia...

Comments

Popular posts from this blog

(Promo Video) Not an Angel, a Devil Perhaps

Dear friends, family, students, and readers, This is a video promotion for my 1st ever novel: Not an Angel, a Devil Perhaps I wrote it in a simple chicklit style, but the conflict and message are worth to wait. Unique, and not too mainstream. If I could start a new genre, probably it will be Dark Chicklit or what so ever. I will selfpublish Not an Angel, a Devil Perhaps  with one of Jakarta's indie selfpublish consultant in a couple of month. Just check out the date and info from my blog, twitter, facebook, or blackberry private message. Please support literacy culture in our country. Wanna take a sneak peak of my novel? Check out this video! Cheers, Miss Tya

Pahlawan & Kita: Sebuah Perayaan Bersama Para Alumni

  Hari ini, 10 November 2020, para siswa SMA Global Prestasi mendapatkan satu pertanyaan ketika Student’s Assembly . Sebuah pertanyaan yang sederhana, namun memiliki makna mendalam, karena bertepatan dengan perayaan Hari Pahlawan: “Siapakah pahlawan di dalam kehidupanmu?” Berbicara soal pahlawan, mungkin dibenak para siswa SMA Global Prestasi yang terlintas adalah para tokoh pejuang, seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, atau bahkan Bung Tomo sendiri yang 75 tahun silam di hari yang sama mengobarkan semangat para pemuda Surabaya dalam orasinya. Akan tetapi, ketika ditanya mengenai siapa sosok pahlawan dalam kehidupan pribadi, setiap siswa punya jawaban yang tak jauh berbeda; yakni orang tua dan para guru yang telah membimbing dan menginspirasi sepanjang kehidupan mereka. Mengusung tema “Pahlawan & Kita” yang menyiratkan bahwa sosok pahlawan ternyata ada di kehidupan sekitar kita, tahun ini SMA Global Prestasi kembali mengenalkan para siswanya kepada lulusan-lulusan terbaik yang...

Berhenti Berbicara, Mulailah Menari!

  “Cara untuk memulai adalah berhenti bicara dan mulai melakukan.” Kata-kata sederhana itu entah mengapa tak pernah bisa lepas dari alam pikiran saya. Meskipun sang penuturnya telah lama berpulang, bahkan puluhan tahun sebelum saya dilahirkan. Walt Disney, sosok yang bagi saya mampu mewujudkan alam mimpi menjadi nyata dan menyenangkan. Sebagai seorang pendidik, berbicara merupakan makanan sehari-hari bagi saya. Di depan kelas – kelas virtual sekalipun, saya dituntut untuk terus berbicara. Tentu bukan sekedar asal bicara, melainkan menuturkan kata-kata bijak yang bersifat membimbing, memperluas pengetahuan, memperkaya wawasan, dan mengembangkan karakter anak-anak didik saya. Tidak sehari pun saya lalui tanpa berbicara penuh makna sepanjang 10 tahun saya menjadi seorang pendidik. Apa saja yang saya bicarakan? Tentunya banyak dan tak mungkin muat dalam 500 kata yang harus saya torehkan di sini. Namun salah satu yang saya tak pernah berhenti lantunkan kepada anak-anak didik adalah ...