Skip to main content

Untuk Jiwa yang Lelah

Hari ini aku ingin menghilang bersama angin. Larut dalam derasnya hujan. Melebur dengan buih-buih ombak di lautan. Jiwaku ingin merasa bebas. Lepas, tanpa beban. Aku tidak ingin merasakan apa-apa. Mati.

Bukan, bukan meregang nyawa seperti para pesakitan. Hidup ini terlalu indah untuk ditinggalkan. Aku masih ingin berada di dalamnya. Menikmati terpaan sinar mentari, terbuai lembutnya desiran angin, dan merasakan hangatnya tatapan matamu yang ditujukan untukku.

Namun jiwaku lelah. Ia terlalu lemah dalam pencarianku pada dirimu. Meski ragaku selalu bersamamu, akan tetapi jiwaku seolah tak mampu memahamimu. Bahkan di saat kita sudah mengenal layaknya selama seribu tahun seperti sekarang ini.

Aku telah memberikan duniaku kepadamu. Namun mengapa aku merasa kamu tak pernah merasa cukup? Mengapa kamu masih mengejar setiap jengkal dari dunia yang tidak kamu miliki?

Ah, mungkin itu hanya perasaanku saja. Kamu selalu berkata seperti itu. Berusaha menenangkanku. Namun kini aku sudah teramat lelah. Tak ada hati yang mampu menahan rasa sakit yang teramat besar.

Biarkan saja aku menghilang bersama angin hari ini.


Comments

Popular posts from this blog

(Promo Video) Not an Angel, a Devil Perhaps

Dear friends, family, students, and readers, This is a video promotion for my 1st ever novel: Not an Angel, a Devil Perhaps I wrote it in a simple chicklit style, but the conflict and message are worth to wait. Unique, and not too mainstream. If I could start a new genre, probably it will be Dark Chicklit or what so ever. I will selfpublish Not an Angel, a Devil Perhaps  with one of Jakarta's indie selfpublish consultant in a couple of month. Just check out the date and info from my blog, twitter, facebook, or blackberry private message. Please support literacy culture in our country. Wanna take a sneak peak of my novel? Check out this video! Cheers, Miss Tya

Pahlawan & Kita: Sebuah Perayaan Bersama Para Alumni

  Hari ini, 10 November 2020, para siswa SMA Global Prestasi mendapatkan satu pertanyaan ketika Student’s Assembly . Sebuah pertanyaan yang sederhana, namun memiliki makna mendalam, karena bertepatan dengan perayaan Hari Pahlawan: “Siapakah pahlawan di dalam kehidupanmu?” Berbicara soal pahlawan, mungkin dibenak para siswa SMA Global Prestasi yang terlintas adalah para tokoh pejuang, seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, atau bahkan Bung Tomo sendiri yang 75 tahun silam di hari yang sama mengobarkan semangat para pemuda Surabaya dalam orasinya. Akan tetapi, ketika ditanya mengenai siapa sosok pahlawan dalam kehidupan pribadi, setiap siswa punya jawaban yang tak jauh berbeda; yakni orang tua dan para guru yang telah membimbing dan menginspirasi sepanjang kehidupan mereka. Mengusung tema “Pahlawan & Kita” yang menyiratkan bahwa sosok pahlawan ternyata ada di kehidupan sekitar kita, tahun ini SMA Global Prestasi kembali mengenalkan para siswanya kepada lulusan-lulusan terbaik yang...

Berhenti Berbicara, Mulailah Menari!

  “Cara untuk memulai adalah berhenti bicara dan mulai melakukan.” Kata-kata sederhana itu entah mengapa tak pernah bisa lepas dari alam pikiran saya. Meskipun sang penuturnya telah lama berpulang, bahkan puluhan tahun sebelum saya dilahirkan. Walt Disney, sosok yang bagi saya mampu mewujudkan alam mimpi menjadi nyata dan menyenangkan. Sebagai seorang pendidik, berbicara merupakan makanan sehari-hari bagi saya. Di depan kelas – kelas virtual sekalipun, saya dituntut untuk terus berbicara. Tentu bukan sekedar asal bicara, melainkan menuturkan kata-kata bijak yang bersifat membimbing, memperluas pengetahuan, memperkaya wawasan, dan mengembangkan karakter anak-anak didik saya. Tidak sehari pun saya lalui tanpa berbicara penuh makna sepanjang 10 tahun saya menjadi seorang pendidik. Apa saja yang saya bicarakan? Tentunya banyak dan tak mungkin muat dalam 500 kata yang harus saya torehkan di sini. Namun salah satu yang saya tak pernah berhenti lantunkan kepada anak-anak didik adalah ...